Langsung ke konten utama

Hantu Bulu Perindu 2

ceritanya masih Draf ya, belum diedit.


Kulangkahkan kakiku menuju  ke arah hulu 
kampung, melewati beberapa rumah yang nampak sepi." Sepertinya semua  warga kampung  telah tertidur".

Aku terus berjalan di kegelapan  malam, kadang kakiku tanpa sengaja menendang beberapa kayu nisan. 

Di bulu perindu, memang banyak ditemui  kuburan masyarakat yang berusia ratusan tahun.Lokasi makam itu banyak terdapat di kebun masyarakat dan  pekarangan  rumah warga.

Itulah kenapa teman2ku tidak berani ikut. Bukan rahasia umum lagi bagi anak2 Tanjung Selor klo mendengar nama Bulu Perindu, pasti dibayangan  mereka adalah kampung yang  angker dan seram. 

Setelah berjalan  menjauh dari perkampungan, aku mulai menapak masuk ke dalam  gelapnya hutan buah. Sengaja aku menyebutnya hutan buah, karena kondisi kebun buah ini, selain ditumbuhi semak belukar, juga  dipadati beragam pohon buah dan pohon  liar  yang batangnya cukup  besar, serta   jarak antar pohonnya yang cukup rapat, layaknya sebuah hutan.

Di saat berjalan, tiba -tiba aku melihat  sebuah cahaya lampu terang dihadapanku, jaraknya  sekitar  50 meter dari tempatku berdiri. ,  Telapak tangan kananku reflek menutupi  mataku dari silau cahaya tersebut.Kuhentikan langkah kakiku

"Cahaya apa ini"bathinku.

Mungkin cahaya itu berasal dari  lampu sebuah pondok pemilik kebun, kataku saat itu. Hatikupun merasa senang dan tenang, ternyata masih ada orang yang berjaga-jaga di malam seperti ini. Setidaknya, keberadaan penjaga kebun itu bisa  mengurangi takutku di Hutan ini.

Bergegas aku melangkah menuju cahaya itu. Namun anehnya, baru maju satu langkah, cahaya itu tiba2 menghilang.." Kok cahayanya hilang?"tanyaku sendiri.

 Ku pikir mungkin terlindung pohon, Lalu aku  mundurkan langkahku kembali ke posisi semula, anehnya, lampunya hidup lagi. Aku coba lagi melangkah  ke depan, baru satu langkah, cahaya hilang lagi

"Loh, kok hilang lagi?"

Ku perhatikan tempat asalnya cahaya tadi untuk memastikan ada pondok di sekitarnya, tapi memang tidak ada tanda tanda  adanya bangunan pondok seperti yang kupikirkan.

 " Ada yg aneh ni" heningku mulai kuatir.

Ku coba menggeser kakiku ke kanan, cahaya itu masih tidak ada.  Bergerak ke kiri juga tak ada. Saat maju  2 langkah juga masih gelap, maju lagi 3 langkah tetap gelap. Ketika Mundur ke tempat  semula, tiba2  lampunya hidup kembali. Aku mundur lagi, cahayanya tetap hidup. 

 "Wah, ngerjain ni.Jangan...jangan..??" pikiran ku mulai tak karuan, bulu kudukku mulai  berdiri, "jelas ini kerjaan penunggunya" 

 Tanpa pikir panjang, aku langsung  balik badan, pergi meninggalkan tempat tersebut. Cepat- cepat kakiku melangkah. Sekitar 10 meter berjalan, aku beranikan  menengok ke belakang,.

 " Astaga.  lampu itu mengikutiku."

 Ku percepat langkah kakiku.Kurasakan cahaya itu pun mengejarku. Tiba-tiba Aku berhenti dan berbalik. Lampu itu ikut berhenti. Tapi jaraknya sudah semakin dekat, hanya 25 meter dari posisiku.

Rasa takutku seketika berubah  menjadi amarah.Keberanianku tiba tiba muncul. Dalam hatiku bicara " Aku pantang ditakut takuti. Jika mahluk ini berani dia pasti langsung menyerangku". Ku ingat pesan orang tuaku". Lawan apapun yang membuatmu takut. Jika kau melawan  Ia pasti hilang dan pergi".

 Aku ambil potongan kayu, yang ku rasakan ada di pijakan kakiku. 

"Ku lempar kau sama kayu ini ya!" Ancamku dulu kepada cahaya itu. lalu ku lempar potongan kayu itu tepat mengenai cahaya tersebut berada. Tak bergeming, cahaya itu tetap  nyala.

"KLO kau masih mengikuti, Mandau di pinggang ku ini akan ku pakai melawanmu" kataku sambil memegang gagang Mandau di pinggangku.

 Begitu Mandau ku  cabut,  cahaya  itu tiba2 mati. Aku tambah siaga dan bersiap siap kalau kalau cahaya itu seketika ada di hadapanku dan menyerang tiba-tiba.  Senterku tetap ku nyalahkan sambil tangan kananku menghunus  Mandau.

 Ku tunggu sesaat.Mandau ditangaku  siap ditebaskan. Jaga jaga jika ada serangan.

Hening, cahaya itu masih hilang. Ku gerakan Senter  ku ke atas, ke samping. Tidak ada apa apa. Aku masih diam dan siaga di tempat ku berdiri. Terus memastikan lampu itu benar2 hilang.Setelah kurasa cahaya itu tak kembali lagi.

 Aku  mundurkan langkahku , lalu  berbalik perlahan2, Mandau tetap siap ditangan, ku pandang lagi di sekitarku,  lalu   melangkah pergi. Sesekali menengok ke belakang.

 "sudah hilang" gumamku dalam hati.

Sedikit agak berlari pelan, Ku langkahkan kakiku  menuju  lebih dalam lagi ke bagian timur hutan buah itu.  Tidak lama kemudian, aku  berada di hamparan ilalang,  bekas sawah masyarakat. Suasananya berbeda dengan di dalam hutan tadi yang terasa gelap oleh pepohonan. Di daerah ini pandanganku lebih luas, cahaya biru langit yang tak lagi  terhalangi, membuat hamparan di depan jelas  terlihat. 

Aku beristirahat sejenak dan menenangkan emosiku.  Kulihat ada pohon rambai tidak jauh dari tempatku berdiri. Pohon itu satu satunya pohon yang ada dihamparan ini. Kulihat akarnya yang menyembul dari tanah, lalu aku duduk di atasnya. Sambil istirahat  pikiranku Teringat lagi soal kejadian cahaya terang tadi.Pengalaman itu  membuatku semakin yakin atas nasihat orang tuaku, bahwa lawan siapapun yang membuat kau takut. Setiap kau merasa takut itulah tanda untuk kau siap  melawan.

Saat pikiranku bermain dengan segala ingatan itu, tiba tiba di kejauhan aku melihat sesuatu yang bergerak-gerak.. Aku segera berdiri. Ku perhatikan lagi lebih teliti mahluk  apakah gerangan?  ternyata,  itu seekor kerbau. posisinya Sekitar 300 meter dari tempat ku berdiri, Ya wajarlah ada kerbau di sawah ini, pikirku.

 Kemudian aku duduk lagi. Begitu ku tengadakan wajahku ke depan ke arah  kerbau tadi. Aku terkejut, Tau- tau kerbau itu sudah mendekat, hanya berjarak  100 meter dari tempat dudukku.." Bagaimana mungkin kerbau jalan secepat itu"bathinku.  Kulihat binatang  itu bergerak  semakin cepat ke  arah ku... , Tanpa pikir panjang aku  buru buru manjat  ke pohon rambai tadi.

 Aku nggak berfikir itu hantu. Andaipun  hantu, aku tidak perlu naik ke pohon, pasti ku hadapi. Yang ku kuatirkan   adalah   tubuh si  kerbau yang cukup besar itu. Bisa jadi itu  kerbau gila dan ganas, pasti lebih berbahaya dari hantu.

Begitu aku sampai di atas cabang pohon, ku lihat  kerbau itu sudah berada di bawahku, aku heran cepat sekali larinya.
Aku hanya terperangah."Kejadian apalagi ni"pikirku. Ku perhatikan  kerbau itu mulai  mengelilingi batang pohon  di bawahku. Pikiranku mulai berubah, jangan-jangan ini kerbau jadi-jadian.

Dalam benakku, bagaimana melawannya klo kerbau itu bisa manjat atau terbang. Meski batang pohon rambai itu cukup besar dan keras, ada juga rasa kuatir jika kerbau itu mampu merobohkan pohon itu.
 
Aku tetap diam dan menunggu. Jaga2 nya klo kerbaunya menengok ke atas. Lalu, ngomong" Ketahuan deh loe!" lalu dia ketawa" hiiihiiiiiii".Ngeri juga ya, aku menbayangkan jika kejadiannya begitu.

 Tapi, enggak, itu hanya bayanganku. Kulihat kerbaunya berhenti memutar dan perlahan-lahan mulai menjauh. Jalannya agak cepat seperti melayang, tiba2 sudah berada di tempat semula saat pertama kali kulihat.

 Cepat2 aku turun, kemudian lari masuk kembali ke dalam hutan. Namun beberapa langkah dari pohon rambai tersebut, aku terjebak ke dalam  lumpur.Sepertinya bekas kubangan kerbau. Dalamnya setinggi pinggangku.

 Sempat panik. Ku pikir ini lumpur hidup yang Semakin membuat ku panik dan agak susah keluar dari kubangan tersebut. Ku lihat ke arah posisi kerbau tadi pergi sebelumnya. Mana tau kerbau itu kembali, lalu ngomong "kena deh loe!". Ternyata tidak ada, syukurlah.

 Setelah berupaya keras, akhirnya , aku bisa keluar dari kubangan itu, langsung berlari masuk ke dalam hutan.
  
 Herannya, walau mengalamai beberapa  kejadian tersebut aneh tersebut, tidak membuat aku kapok dan jera,  otak dan pikiranku cepat 2 menetralisir, menanggap itu hal yang biasa. 

 Kakiku kemudian melangkah ke hilir kampung. Areal kebun buah tanpa ada  satu pun  rumah warga.

 Berputar 2 selama kurang lebih 1 jam, aku tidak menemukan satupun buah durian yang jatuh. Akhirnya aku putuskan untuk kembali ke pohon rambung tempat awal aku tiba tadi.

 Dalam perjalanan itu, tiba tiba aku dihadang oleh seekor  ular  yang sangat besar, yang muncul dihadapanku. ular ini berdiri memipih sekitar 6 meter dariku. Warna nya hitam keperak-perakan, memantulkan kilauan cahaya terang bila mengenai cahaya senterku. Panjang ular  itu kurang lebih 4 meter, besarnya seukuran lengan orang dewasa, 
Ia mendesis tajam dan keras. Aku mundur ke belakang sambil mencabut Mandau..Kebetulan di dekatku ada potongan bambu sepanjang 3 meter. Ku ambil dan langsung aja ku lemparkan ke arah ular itu. Pas kena di lehernya. Ia berguling2 dan melilitkan tubuhnya. Lalu tiba2 lari  dan menghilang ke semak2 arah sebelah kiriku. 
Aku tertegun sejenak, menarik nafas dalam" Hampir saja aku mati" ujarku dalam hati.

 Kulanjutkan perjalananku. Sesampai di bawah pohon Rambung,aku istirahat sejenak sambil membersihkan lumpur yang ada di kaki dan badanku.

 Mataku tertuju pada hamparan permukaan air di depan ujung tanjung. Hembusan angin malam yang  kencang  membuat ombak sedikit besar.

 Pikiranku kembali ke Mahluk Patin berjangggut dan Hantu Jerenun.  Antara percaya dan tidak percaya, ketakutan ku muncul kembali.

 Bukan karena sosok hantunya. Yang ku kuatirkan,jika memang benar ada mosnter, ikan besar di perairan itu.

 Karena menurut ceritanya, ada Periuk besar bekas tangki minyak peninggalan jaman belanda tenggelam di perairan ujung tanjung, akibat longsor.Nah, di tangki2 besar itulah konon bersembunyi patin bejanggut dan Jerenun.

 Aku sempat berfikir untuk mengarahkan perahuku ke depan pangkalan minyak makbul. Lalu pulang jalan kaki.Tapi niat itu kubatalkan karena kasihan yang punya perahu.

 Lalu mulailah aku mendayung. Karena arus sudah mulai deras,mengikuti surutnya air, ku putuskan menyusuri pinggir sungai terlebih dahulu, setelah berada dibagian hulu , baru ku arahkan perahu ke tengah sungai.

Kulihat hamparan permukaan sungai di sekelilingku, hanya perahuku sendiri yang bergerak di keheningan malam.

 Angin tetap kencang, sekeencang aku mendayung. Ombak tetap besar, sebesar tekadku untuk pulang. Setiba di perairan depan ujung tanjung, angin dan gelombang semakin besar.Ku rasa arus juga semakin kuat. Seolah mendorongku lebih cepat melewati ujung tanjung.

 Hatiku lega, ketika perahu yang ku dayung telah melewati ujung tanjung. Ku tarik nafas dalam untuk mengembalikan tenaga Daan nafasku yang tadi tanpa hentinya mendayung. Gerak dayung tanganku ku hentikan.Perahu sengaja ku biarkan mengikuti arus.

 Ada rasa bangga dalam hatiku, bisa melewati ini semua. Tantangan yang tidak semua anak seusiaku mau dan berani melakukannya.


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Antrean Itu Cermin Buruknya Disiplin Petugas

Sudah empat jam aku duduk di kursiku menunggu nama anakku dipanggil. Ternyata, datang dan mendaftar  lebih awal tidak menjamin dipanggil duluan. Urutan antrean peserta vaksinasi tergantung selera petugas. Yang baru tiba  bisa    langsung dilayani,   dan yang  mendaftar  belakangan bisa dipanggil lebih awal. Peristiwa  tidak elok ini  bukan yang pertama bagiku, pasalnya pada kegiatan vaksinasi dosis kesatu di awal bulan Juli lalu, aku juga mengalaminya. Esoknya, giliran membawa anakku pun merasakan  perlakuan yang  serupa.  Lanjut divaksinasi dosis kedua di awal Agustus lalu, aku dan kemudian bersama anakku pun mengalami hal yang sama.  Tidak ada yang bisa kulakukan, kecuali hanya menarik nafas dan berusaha memakluminya. Hari ini, kala membawa anak keduaku  untuk vaksininasi dosis pertamanya, pun lagak petugasnya masih seiras, malah kali ini lebih culas. Peserta vaksinasi yang sebelumnya dibatasi hanya seratus orang, hari ini  tumplek blek sampai enam ratus peserta. Alih-alih  protokol

Jangan Sampai Lebih Takut Lihat Polisi Dibanding Penjahat

  Banyaknya penyimpangan yang dilakukan oleh oknum polisi dalam beberapa waktu terakhir ini seolah menegaskan buruknya citra lembaga penegak hukum tersebut. Peristiwa salah tangkap, pelanggaran SOP, brutalisme, kejahatan seksual ,pemeriksaan ponsel warga secara non-prosedural dan non-etis, penersangkaan korban, dan lainnyan sebagainya membuat masyarakat menjadi merinding dan takut berurusan dengan polisi. Sampai-sampai seorang kawan mengatakan jika ia  merasa lebih takut berhadapan dengan polisi daripada penjahat, karena polisi dapat melakukan kejahatan  dengan berlindung dibalik institusi,  hukum dan fasilitas negara.. ” Jangan sekali-sekali deh, buat kejahatan jika tidak mau berurusan dengan penjahat” sindirnya. Deretan Peristiwa seperti penembakan  oleh oknum Ipda OS anggota Polisi Lalu Lintas PJR Polda Metro Jaya dan  kasus aborsi oknum R yang menyebabkan seorang mahasiswa meninggal di  Purwekerto baru baru ini menambah cacatan buruk yang dilakukan  oknum angg

Bandara Tanjung Harapan Jogging Track Favorit

  Sejak  tahun 2000,aku mulai rutin pergi ke bendara  Tanjung Harapan,    saban sore  berkendara motor roda dua menuju bandara kecil yang berada di dekat Taman makam Pahlawan  Tanjung Selor itu. Namun, tujuanku ke bandara itu  bukan untuk berangkat   atau  mengambil paket kiriman yang datang, melainkan untuk olahraga jogging di  runaway  atau landasan pacu bandara. Yup, mungkin ketika itu akulah yang paling rajin jogging di bandara itu.Sampai-sampai beberapa teman memberi gelar ” penunggu bandara”. Kadang jam 2 siang, kala runaway bandara masih sepi,  dengan berbekal jaket parasut dan topi, aku sudah duluan  berlari menikmati panas dan  teriknya cuaca siang hari. Menurutku dan orang-orang ketika itu, runaway ini adalah  tempat yang paling nyaman dan ideal   di Tanjung Selor untuk melaukan aktivitas jogging. Selain treks nya yang lurus dan lebar, landasan ini tempat yang paling aman  untuk jogging, udaranya yang bersih, jauh dari polusi asap knalpot.  Berlari di sini kit