ceritanya masih Draf ya, belum diedit.
Kulangkahkan kakiku menuju ke arah hulu
kampung, melewati beberapa rumah yang nampak sepi." Sepertinya semua warga kampung telah tertidur".
Aku terus berjalan di kegelapan malam, kadang kakiku tanpa sengaja menendang beberapa kayu nisan.
Di bulu perindu, memang banyak ditemui kuburan masyarakat yang berusia ratusan tahun.Lokasi makam itu banyak terdapat di kebun masyarakat dan pekarangan rumah warga.
Itulah kenapa teman2ku tidak berani ikut. Bukan rahasia umum lagi bagi anak2 Tanjung Selor klo mendengar nama Bulu Perindu, pasti dibayangan mereka adalah kampung yang angker dan seram.
Setelah berjalan menjauh dari perkampungan, aku mulai menapak masuk ke dalam gelapnya hutan buah. Sengaja aku menyebutnya hutan buah, karena kondisi kebun buah ini, selain ditumbuhi semak belukar, juga dipadati beragam pohon buah dan pohon liar yang batangnya cukup besar, serta jarak antar pohonnya yang cukup rapat, layaknya sebuah hutan.
Di saat berjalan, tiba -tiba aku melihat sebuah cahaya lampu terang dihadapanku, jaraknya sekitar 50 meter dari tempatku berdiri. , Telapak tangan kananku reflek menutupi mataku dari silau cahaya tersebut.Kuhentikan langkah kakiku
"Cahaya apa ini"bathinku.
Mungkin cahaya itu berasal dari lampu sebuah pondok pemilik kebun, kataku saat itu. Hatikupun merasa senang dan tenang, ternyata masih ada orang yang berjaga-jaga di malam seperti ini. Setidaknya, keberadaan penjaga kebun itu bisa mengurangi takutku di Hutan ini.
Bergegas aku melangkah menuju cahaya itu. Namun anehnya, baru maju satu langkah, cahaya itu tiba2 menghilang.." Kok cahayanya hilang?"tanyaku sendiri.
Ku pikir mungkin terlindung pohon, Lalu aku mundurkan langkahku kembali ke posisi semula, anehnya, lampunya hidup lagi. Aku coba lagi melangkah ke depan, baru satu langkah, cahaya hilang lagi
"Loh, kok hilang lagi?"
Ku perhatikan tempat asalnya cahaya tadi untuk memastikan ada pondok di sekitarnya, tapi memang tidak ada tanda tanda adanya bangunan pondok seperti yang kupikirkan.
" Ada yg aneh ni" heningku mulai kuatir.
Ku coba menggeser kakiku ke kanan, cahaya itu masih tidak ada. Bergerak ke kiri juga tak ada. Saat maju 2 langkah juga masih gelap, maju lagi 3 langkah tetap gelap. Ketika Mundur ke tempat semula, tiba2 lampunya hidup kembali. Aku mundur lagi, cahayanya tetap hidup.
"Wah, ngerjain ni.Jangan...jangan..??" pikiran ku mulai tak karuan, bulu kudukku mulai berdiri, "jelas ini kerjaan penunggunya"
Tanpa pikir panjang, aku langsung balik badan, pergi meninggalkan tempat tersebut. Cepat- cepat kakiku melangkah. Sekitar 10 meter berjalan, aku beranikan menengok ke belakang,.
" Astaga. lampu itu mengikutiku."
Ku percepat langkah kakiku.Kurasakan cahaya itu pun mengejarku. Tiba-tiba Aku berhenti dan berbalik. Lampu itu ikut berhenti. Tapi jaraknya sudah semakin dekat, hanya 25 meter dari posisiku.
Rasa takutku seketika berubah menjadi amarah.Keberanianku tiba tiba muncul. Dalam hatiku bicara " Aku pantang ditakut takuti. Jika mahluk ini berani dia pasti langsung menyerangku". Ku ingat pesan orang tuaku". Lawan apapun yang membuatmu takut. Jika kau melawan Ia pasti hilang dan pergi".
Aku ambil potongan kayu, yang ku rasakan ada di pijakan kakiku.
"Ku lempar kau sama kayu ini ya!" Ancamku dulu kepada cahaya itu. lalu ku lempar potongan kayu itu tepat mengenai cahaya tersebut berada. Tak bergeming, cahaya itu tetap nyala.
"KLO kau masih mengikuti, Mandau di pinggang ku ini akan ku pakai melawanmu" kataku sambil memegang gagang Mandau di pinggangku.
Begitu Mandau ku cabut, cahaya itu tiba2 mati. Aku tambah siaga dan bersiap siap kalau kalau cahaya itu seketika ada di hadapanku dan menyerang tiba-tiba. Senterku tetap ku nyalahkan sambil tangan kananku menghunus Mandau.
Ku tunggu sesaat.Mandau ditangaku siap ditebaskan. Jaga jaga jika ada serangan.
Hening, cahaya itu masih hilang. Ku gerakan Senter ku ke atas, ke samping. Tidak ada apa apa. Aku masih diam dan siaga di tempat ku berdiri. Terus memastikan lampu itu benar2 hilang.Setelah kurasa cahaya itu tak kembali lagi.
Aku mundurkan langkahku , lalu berbalik perlahan2, Mandau tetap siap ditangan, ku pandang lagi di sekitarku, lalu melangkah pergi. Sesekali menengok ke belakang.
"sudah hilang" gumamku dalam hati.
Sedikit agak berlari pelan, Ku langkahkan kakiku menuju lebih dalam lagi ke bagian timur hutan buah itu. Tidak lama kemudian, aku berada di hamparan ilalang, bekas sawah masyarakat. Suasananya berbeda dengan di dalam hutan tadi yang terasa gelap oleh pepohonan. Di daerah ini pandanganku lebih luas, cahaya biru langit yang tak lagi terhalangi, membuat hamparan di depan jelas terlihat.
Aku beristirahat sejenak dan menenangkan emosiku. Kulihat ada pohon rambai tidak jauh dari tempatku berdiri. Pohon itu satu satunya pohon yang ada dihamparan ini. Kulihat akarnya yang menyembul dari tanah, lalu aku duduk di atasnya. Sambil istirahat pikiranku Teringat lagi soal kejadian cahaya terang tadi.Pengalaman itu membuatku semakin yakin atas nasihat orang tuaku, bahwa lawan siapapun yang membuat kau takut. Setiap kau merasa takut itulah tanda untuk kau siap melawan.
Saat pikiranku bermain dengan segala ingatan itu, tiba tiba di kejauhan aku melihat sesuatu yang bergerak-gerak.. Aku segera berdiri. Ku perhatikan lagi lebih teliti mahluk apakah gerangan? ternyata, itu seekor kerbau. posisinya Sekitar 300 meter dari tempat ku berdiri, Ya wajarlah ada kerbau di sawah ini, pikirku.
Kemudian aku duduk lagi. Begitu ku tengadakan wajahku ke depan ke arah kerbau tadi. Aku terkejut, Tau- tau kerbau itu sudah mendekat, hanya berjarak 100 meter dari tempat dudukku.." Bagaimana mungkin kerbau jalan secepat itu"bathinku. Kulihat binatang itu bergerak semakin cepat ke arah ku... , Tanpa pikir panjang aku buru buru manjat ke pohon rambai tadi.
Aku nggak berfikir itu hantu. Andaipun hantu, aku tidak perlu naik ke pohon, pasti ku hadapi. Yang ku kuatirkan adalah tubuh si kerbau yang cukup besar itu. Bisa jadi itu kerbau gila dan ganas, pasti lebih berbahaya dari hantu.
Begitu aku sampai di atas cabang pohon, ku lihat kerbau itu sudah berada di bawahku, aku heran cepat sekali larinya.
Aku hanya terperangah."Kejadian apalagi ni"pikirku. Ku perhatikan kerbau itu mulai mengelilingi batang pohon di bawahku. Pikiranku mulai berubah, jangan-jangan ini kerbau jadi-jadian.
Dalam benakku, bagaimana melawannya klo kerbau itu bisa manjat atau terbang. Meski batang pohon rambai itu cukup besar dan keras, ada juga rasa kuatir jika kerbau itu mampu merobohkan pohon itu.
Aku tetap diam dan menunggu. Jaga2 nya klo kerbaunya menengok ke atas. Lalu, ngomong" Ketahuan deh loe!" lalu dia ketawa" hiiihiiiiiii".Ngeri juga ya, aku menbayangkan jika kejadiannya begitu.
Tapi, enggak, itu hanya bayanganku. Kulihat kerbaunya berhenti memutar dan perlahan-lahan mulai menjauh. Jalannya agak cepat seperti melayang, tiba2 sudah berada di tempat semula saat pertama kali kulihat.
Cepat2 aku turun, kemudian lari masuk kembali ke dalam hutan. Namun beberapa langkah dari pohon rambai tersebut, aku terjebak ke dalam lumpur.Sepertinya bekas kubangan kerbau. Dalamnya setinggi pinggangku.
Sempat panik. Ku pikir ini lumpur hidup yang Semakin membuat ku panik dan agak susah keluar dari kubangan tersebut. Ku lihat ke arah posisi kerbau tadi pergi sebelumnya. Mana tau kerbau itu kembali, lalu ngomong "kena deh loe!". Ternyata tidak ada, syukurlah.
Setelah berupaya keras, akhirnya , aku bisa keluar dari kubangan itu, langsung berlari masuk ke dalam hutan.
Herannya, walau mengalamai beberapa kejadian tersebut aneh tersebut, tidak membuat aku kapok dan jera, otak dan pikiranku cepat 2 menetralisir, menanggap itu hal yang biasa.
Kakiku kemudian melangkah ke hilir kampung. Areal kebun buah tanpa ada satu pun rumah warga.
Berputar 2 selama kurang lebih 1 jam, aku tidak menemukan satupun buah durian yang jatuh. Akhirnya aku putuskan untuk kembali ke pohon rambung tempat awal aku tiba tadi.
Dalam perjalanan itu, tiba tiba aku dihadang oleh seekor ular yang sangat besar, yang muncul dihadapanku. ular ini berdiri memipih sekitar 6 meter dariku. Warna nya hitam keperak-perakan, memantulkan kilauan cahaya terang bila mengenai cahaya senterku. Panjang ular itu kurang lebih 4 meter, besarnya seukuran lengan orang dewasa,
Ia mendesis tajam dan keras. Aku mundur ke belakang sambil mencabut Mandau..Kebetulan di dekatku ada potongan bambu sepanjang 3 meter. Ku ambil dan langsung aja ku lemparkan ke arah ular itu. Pas kena di lehernya. Ia berguling2 dan melilitkan tubuhnya. Lalu tiba2 lari dan menghilang ke semak2 arah sebelah kiriku.
Aku tertegun sejenak, menarik nafas dalam" Hampir saja aku mati" ujarku dalam hati.
Kulanjutkan perjalananku. Sesampai di bawah pohon Rambung,aku istirahat sejenak sambil membersihkan lumpur yang ada di kaki dan badanku.
Mataku tertuju pada hamparan permukaan air di depan ujung tanjung. Hembusan angin malam yang kencang membuat ombak sedikit besar.
Pikiranku kembali ke Mahluk Patin berjangggut dan Hantu Jerenun. Antara percaya dan tidak percaya, ketakutan ku muncul kembali.
Bukan karena sosok hantunya. Yang ku kuatirkan,jika memang benar ada mosnter, ikan besar di perairan itu.
Karena menurut ceritanya, ada Periuk besar bekas tangki minyak peninggalan jaman belanda tenggelam di perairan ujung tanjung, akibat longsor.Nah, di tangki2 besar itulah konon bersembunyi patin bejanggut dan Jerenun.
Aku sempat berfikir untuk mengarahkan perahuku ke depan pangkalan minyak makbul. Lalu pulang jalan kaki.Tapi niat itu kubatalkan karena kasihan yang punya perahu.
Lalu mulailah aku mendayung. Karena arus sudah mulai deras,mengikuti surutnya air, ku putuskan menyusuri pinggir sungai terlebih dahulu, setelah berada dibagian hulu , baru ku arahkan perahu ke tengah sungai.
Kulihat hamparan permukaan sungai di sekelilingku, hanya perahuku sendiri yang bergerak di keheningan malam.
Angin tetap kencang, sekeencang aku mendayung. Ombak tetap besar, sebesar tekadku untuk pulang. Setiba di perairan depan ujung tanjung, angin dan gelombang semakin besar.Ku rasa arus juga semakin kuat. Seolah mendorongku lebih cepat melewati ujung tanjung.
Hatiku lega, ketika perahu yang ku dayung telah melewati ujung tanjung. Ku tarik nafas dalam untuk mengembalikan tenaga Daan nafasku yang tadi tanpa hentinya mendayung. Gerak dayung tanganku ku hentikan.Perahu sengaja ku biarkan mengikuti arus.
Ada rasa bangga dalam hatiku, bisa melewati ini semua. Tantangan yang tidak semua anak seusiaku mau dan berani melakukannya.
Komentar
Posting Komentar