Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2021

Media Alat Kepentingan Korporasi dan Politik

  Kasus   Pencemaran sungai Malinau akibat bocornya penampung limbah sejumlah   perusahaan di   wilayah itu beberapa waktu lalu , pada kenyataannya minim dilaporkan oleh   media lokal yang ada di Kaltara. Tak satupun media lokal yang membuat liputan mendalam dan komprehensif atas peristiwa pencemaran yang berulang kali itu. Padahal media-media lokal itu merupakan ruang publik (public sphere) yang dapat memberikan   informasi dan fakta-fakta yang mencerdaskan dan   melindungi hak publik masyarakat memperoleh informasi secara terbuka. Apalagi pencemaran itu jelas-jelas berdampak buruk pada masyarakat dan lingkungan. Jika pun ada Pemberitaan media lokal, liputannya   hanya    sekadar     kabar peristiwa atau soft news, yang hanya laporan kejadian semata. Tidak ada yang berani   menyentuh aspek hukum terkait   kewenangan pemeritah daerah dan pelanggaran perusahaan pelaku pencemaran. Fakta-fakta itu   malah kita banyak dapatan dari sejumlah situs online milik aktivis lingkungan

Tegas Tidak Harus Marah-Marah

  Ketegasan tidak berarti marah-marah. Orang tegas akan membiarkan aturan dan hukum yang berbicara sesuai caranya  tanpa perlu teriak-teriak dengan amarah. Kali ini aku ingin membahas tentang aksi marah-marah dan arogansi yang disematkan kepada Ahok (Basuki Cahya Purnama)  dan Risma (Tri Rismaharini). Kedua tokoh ini memang sering menimbulkan kontroversi. Sikap emosional dan komunikasi verbalnya seringkali menyinggung perasaan dan emosi orang lain. Meski demikian banyak orang menanggap Ahok  dan Risma   sebagai orang hebat yang kerap dianggap bertindak benar. Ahok yang ketika  menjadi Gubernur Jakarta saban hari berusaha terlihat tegas dan bertindak benar dengan cara marah-marah. Demikian halnya Menteri Sosial Risma yang pernah menjadi walikota Surabaya,  hingga kini pun selalu berupaya marah-marah karena merasa bertindak benar. Perasaan benar dan tegas   keduanya kerap dimanifestasi melalui sikap  marah-marah dan serangan verbal  kepada orang yang diaggapnya salah ata

Jangan Sampai Lebih Takut Lihat Polisi Dibanding Penjahat

  Banyaknya penyimpangan yang dilakukan oleh oknum polisi dalam beberapa waktu terakhir ini seolah menegaskan buruknya citra lembaga penegak hukum tersebut. Peristiwa salah tangkap, pelanggaran SOP, brutalisme, kejahatan seksual ,pemeriksaan ponsel warga secara non-prosedural dan non-etis, penersangkaan korban, dan lainnyan sebagainya membuat masyarakat menjadi merinding dan takut berurusan dengan polisi. Sampai-sampai seorang kawan mengatakan jika ia  merasa lebih takut berhadapan dengan polisi daripada penjahat, karena polisi dapat melakukan kejahatan  dengan berlindung dibalik institusi,  hukum dan fasilitas negara.. ” Jangan sekali-sekali deh, buat kejahatan jika tidak mau berurusan dengan penjahat” sindirnya. Deretan Peristiwa seperti penembakan  oleh oknum Ipda OS anggota Polisi Lalu Lintas PJR Polda Metro Jaya dan  kasus aborsi oknum R yang menyebabkan seorang mahasiswa meninggal di  Purwekerto baru baru ini menambah cacatan buruk yang dilakukan  oknum angg

Melokalisir Konflik Elit

Dalam suatu kesempatan seorang teman mengeluhkan mengenai soliditas warga dayak saat ini yang  dinilainya sangat rapuh dan rentan mengalami konflik antar sesama warga dayak. Dalam pandangannya, penyebab konflik itu terjadi lebih karena persaingan politik dan ekonomi para tokoh atau elit dayak yang ingin meraih kekuasaan. Elite-eliet itu kemudian mendistribusi dan melokalisir persaingan dan kepentingannya ke dalam lingkaran identitas kelompok sub suku dan sentimen kewilayahannya sendiri. Demi menguasai kepentingan politik dan ekonomi, mereka mulai menonjolkan teritoti identitas kelompoknya agar terlihat berbeda dan tak tersentuh oleh kepentingan kelompok lain yang ingin memiliki pengaruh dan kekuasaan atas sub suku dan wilayah mereka. Ia menyadari konflik itu sebuah keniscayaan dalam masyarakat kita saat ini. Tidak hanya terjadi dalam masyarakat Dayak saja, hampir semua kelompok masyarakat mengalami hal yang serupa yakni ” konflik”. Konflik itu bersifat inheren, yang akan

Bandara Tanjung Harapan Jogging Track Favorit

  Sejak  tahun 2000,aku mulai rutin pergi ke bendara  Tanjung Harapan,    saban sore  berkendara motor roda dua menuju bandara kecil yang berada di dekat Taman makam Pahlawan  Tanjung Selor itu. Namun, tujuanku ke bandara itu  bukan untuk berangkat   atau  mengambil paket kiriman yang datang, melainkan untuk olahraga jogging di  runaway  atau landasan pacu bandara. Yup, mungkin ketika itu akulah yang paling rajin jogging di bandara itu.Sampai-sampai beberapa teman memberi gelar ” penunggu bandara”. Kadang jam 2 siang, kala runaway bandara masih sepi,  dengan berbekal jaket parasut dan topi, aku sudah duluan  berlari menikmati panas dan  teriknya cuaca siang hari. Menurutku dan orang-orang ketika itu, runaway ini adalah  tempat yang paling nyaman dan ideal   di Tanjung Selor untuk melaukan aktivitas jogging. Selain treks nya yang lurus dan lebar, landasan ini tempat yang paling aman  untuk jogging, udaranya yang bersih, jauh dari polusi asap knalpot.  Berlari di sini kit

Dilematis TVRI Daerah, Materi Siaran dan Platform Digital

Stasiun Televisi Republik Indonesia (TVRI) Kalimantan Utara secara resmi mengudara perdana bertepatan dengan hari jadi provinsi Kalimantan Utara yang ke 9 tanggal 25 Oktober 2021 lalu. Berdirinya stasiun TVRI di Kaltara melengkapi 361 stasiun TVRI yang tersebar di 31 provinsi seluruh   Indonesia. Stasiun terbanyak yang dimiliki lemabga penyiaran televisi manapun di Indonesia. Untuk stasiun TVRI Kaltara diperkirakan Jangkauan   siarannya   akan mencakup 62 persen wilayah Kaltara. Coverage yang terbilang cukup besar dan strategis untuk wilayah     yang memiliki daerah-daerah   pedalaman, perbatasan dan kepulauan. Tidak salah jika Pemerintah Provinsi Kaltara mendorong percepatan   pembangunan stasiun dan penyiaran televisi milik pemerintah ini di wilayah Kaltara. Infrastruktur penyiaran yang dimiliki TVRI merupakan penopang pembangunan yang sangat strategis dalam rangka diseminasi   informasi hingga ke wilayah perbatasan, pedalaman dan kepulauan. Pertanyaannya sekarang mampuka