Langsung ke konten utama

Dilematis TVRI Daerah, Materi Siaran dan Platform Digital



Stasiun Televisi Republik Indonesia (TVRI) Kalimantan Utara secara resmi mengudara perdana bertepatan dengan hari jadi provinsi Kalimantan Utara yang ke 9 tanggal 25 Oktober 2021 lalu.

Berdirinya stasiun TVRI di Kaltara melengkapi 361 stasiun TVRI yang tersebar di 31 provinsi seluruh  Indonesia. Stasiun terbanyak yang dimiliki lemabga penyiaran televisi manapun di Indonesia.

Untuk stasiun TVRI Kaltara diperkirakan Jangkauan  siarannya  akan mencakup 62 persen wilayah Kaltara. Coverage yang terbilang cukup besar dan strategis untuk wilayah   yang memiliki daerah-daerah  pedalaman, perbatasan dan kepulauan.

Tidak salah jika Pemerintah Provinsi Kaltara mendorong percepatan  pembangunan stasiun dan penyiaran televisi milik pemerintah ini di wilayah Kaltara.

Infrastruktur penyiaran yang dimiliki TVRI merupakan penopang pembangunan yang sangat strategis dalam rangka diseminasi  informasi hingga ke wilayah perbatasan, pedalaman dan kepulauan.

Pertanyaannya sekarang mampukah pemerintah daerah memaksimalkan keberadaan stasiun TVRI tersebut untuk kepentingan pembangunan masyarakat?

Seperti kita ketahui, persoalannya kita hari ini bukan saja soal materi atau konten siaran, tetapi bagai mana materi siaran itu diminati dan menarik  masyarakat untuk menontonnya.

TVRI memang memiliki infrastruktur stasiun siaran terbanyak yang tersebar luas di wilayah-wilayah indonesia dibanding stasiun swasta lainnya. Tingkat kepercayaan publik pun cukup tinggi atas konten berita-berita yang disiarkan oleh TVRI.

Namun permasalahannya, hingga kini siaran -siaran TVRI tersebut belum mampu menarik pemirsa yang besar seperti halnya televisi swasta. Jumlah penonton TVRI masih sangat kecil karena konten siarannya  yang kurang diminati masyarakat.

Dalam rilis Indo TV Offical 10 Oktober 2021 lalu mengenai TOP 5 Rating TV Tertinggi di Indonesia masih menempatkan TV swasta sebagai stasiun  yang memiliki pemirsa  tertinggi, ada RCTI diperingkat pertama dengan  25.3%, kemudian berturut-turut SCTV: 16.3, Indosiar: 9.7, ANTV: 9.6 dan MNCTV: 9.2.

Reuter Institute dalam rilisnya 25 November 2021 lalu menempatkan TVRI di posisi ke tujuh sebagai media televisi yang banyak menjadi sumber berita di Indonesia. Dengan persentase 17 % TVRI jauh dibawah TV one (53%) dan Metro TV (44%) yang menduduki rating pertama dan kedua.

Belum lagi perubahan prilaku masyarakat kita kekinian yang lebih tertarik mengakses informasi melalui berita online dan media sosial dibanding televisi. Reuter Institute  juga menyebutkan  berita online dan media sosial menjadi sumber berita paling banyak digunakan di Indonesia, yaitu mencapai 89% responden  jauh tertinggal televisi yang hanya diakses  58% sebagai sumber berita.

Data-data yang disebutkan diatas merupakan realitas dan tantangan Pemprov Kaltara hari   ini, untuk lebih    selektif dalam memilih   media-media  partner yang tepat dan efektif dalam menyebarkan luaskan   informasi agar dapat diterima dan diakses oleh masyarakat, selain tentu kehandalan dalam  mengemas materi siaran informasi yang menarik dan diminati masyarakat.

Pilihan TVRI sebagai media partner pemprov Kaltara harus  mempertimbangkan    efektifitas dan efisiensi ke-terjangkauan siaran. Bukan hanya  sekadar menjaga tradisi kedekatan   karena TVRI  sebagai LPP milik negara.

Di era persaingan media siaran saat ini, Pemerintah daerah harus berani mendorong tumbuhnya daya saing TVRI daerah untuk memperbaiki materi siarannya agar dapa t menarik minat masyarakat dan jumlah pemirsa di daerah.TVRI daerah harus mampu merangkul masyarakat khususnya generasi muda melaui tayang-tayang yang sesuai dengan kebutuhan dan minat mereka.

Jangan sampai materi informasi yang disiapkan dan disiarkan tidak maksimal diakses oleh masyarakat luas, karena pada kenyataannya mereka tidak tertarik menonton siaran TVRI.

Apalagi,  cost yang dikeluarkan untuk membiayai materi siaran untuk televisi konvensional (heavy Asset)  jelas lebih mahal dibanding menggunakan media internet (Light asset).

Pemprov harus mempertimbangkan optimalisasi teknologi digital dalam program diseminasinya. Tidak bisa hanya bergantung pada stasiun TVRI semata

Lagi pula Teknologi digital ini menawarkan beragam  inovasi dan kreativitas dalam pengelolaannya.

Internet memberikan kemudahan bagi siapa saja  termasuk pemerintah untuk memaksimalkan media dan platform informasi yang ada di dalamnya untuk menjangkau masyarakat secara luas.

Siaran televisi berbasis platform jelas lebih murah dan berkualitas karena didukung pilar Artificial Intelligence (AI), Big Data, Super Apps, Broadband Network, Internet of Things (IoT), dan Cloud Computing.

Pemerintah tinggal memobilisasi dan meng orkestrasi konten  creator di setiap daerah atau influencer yang ada di desa menjadi media relasi jaringan siaran  pemerintah daerah dalam memperkuat diseminasi informasi pembangunan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Antrean Itu Cermin Buruknya Disiplin Petugas

Sudah empat jam aku duduk di kursiku menunggu nama anakku dipanggil. Ternyata, datang dan mendaftar  lebih awal tidak menjamin dipanggil duluan. Urutan antrean peserta vaksinasi tergantung selera petugas. Yang baru tiba  bisa    langsung dilayani,   dan yang  mendaftar  belakangan bisa dipanggil lebih awal. Peristiwa  tidak elok ini  bukan yang pertama bagiku, pasalnya pada kegiatan vaksinasi dosis kesatu di awal bulan Juli lalu, aku juga mengalaminya. Esoknya, giliran membawa anakku pun merasakan  perlakuan yang  serupa.  Lanjut divaksinasi dosis kedua di awal Agustus lalu, aku dan kemudian bersama anakku pun mengalami hal yang sama.  Tidak ada yang bisa kulakukan, kecuali hanya menarik nafas dan berusaha memakluminya. Hari ini, kala membawa anak keduaku  untuk vaksininasi dosis pertamanya, pun lagak petugasnya masih seiras, malah kali ini lebih culas. Peserta vaksinasi yang sebelumnya dibatasi hanya seratus orang, hari ini  tumplek blek sampai enam ratus peserta. Alih-alih  protokol

Jangan Sampai Lebih Takut Lihat Polisi Dibanding Penjahat

  Banyaknya penyimpangan yang dilakukan oleh oknum polisi dalam beberapa waktu terakhir ini seolah menegaskan buruknya citra lembaga penegak hukum tersebut. Peristiwa salah tangkap, pelanggaran SOP, brutalisme, kejahatan seksual ,pemeriksaan ponsel warga secara non-prosedural dan non-etis, penersangkaan korban, dan lainnyan sebagainya membuat masyarakat menjadi merinding dan takut berurusan dengan polisi. Sampai-sampai seorang kawan mengatakan jika ia  merasa lebih takut berhadapan dengan polisi daripada penjahat, karena polisi dapat melakukan kejahatan  dengan berlindung dibalik institusi,  hukum dan fasilitas negara.. ” Jangan sekali-sekali deh, buat kejahatan jika tidak mau berurusan dengan penjahat” sindirnya. Deretan Peristiwa seperti penembakan  oleh oknum Ipda OS anggota Polisi Lalu Lintas PJR Polda Metro Jaya dan  kasus aborsi oknum R yang menyebabkan seorang mahasiswa meninggal di  Purwekerto baru baru ini menambah cacatan buruk yang dilakukan  oknum angg

Bandara Tanjung Harapan Jogging Track Favorit

  Sejak  tahun 2000,aku mulai rutin pergi ke bendara  Tanjung Harapan,    saban sore  berkendara motor roda dua menuju bandara kecil yang berada di dekat Taman makam Pahlawan  Tanjung Selor itu. Namun, tujuanku ke bandara itu  bukan untuk berangkat   atau  mengambil paket kiriman yang datang, melainkan untuk olahraga jogging di  runaway  atau landasan pacu bandara. Yup, mungkin ketika itu akulah yang paling rajin jogging di bandara itu.Sampai-sampai beberapa teman memberi gelar ” penunggu bandara”. Kadang jam 2 siang, kala runaway bandara masih sepi,  dengan berbekal jaket parasut dan topi, aku sudah duluan  berlari menikmati panas dan  teriknya cuaca siang hari. Menurutku dan orang-orang ketika itu, runaway ini adalah  tempat yang paling nyaman dan ideal   di Tanjung Selor untuk melaukan aktivitas jogging. Selain treks nya yang lurus dan lebar, landasan ini tempat yang paling aman  untuk jogging, udaranya yang bersih, jauh dari polusi asap knalpot.  Berlari di sini kit