Langsung ke konten utama

Mural 404:Seniman Tak Sembunyi Badan

Seandainya, mural 404: Not Found dengan coretan gambar mirip wajah Presiden Joko Widodo atau Jokowi itu sebuah karya seni dan bentuk kritik kepada pemerintah, kenapa seniman yang membuatnya harus bersembunyi dan takut? Bukankah mural yang ia buat itu ekspesi kritik artistik yang mengagumkan dan menggemparkan jagat politik tanah air.

Kenapa harus sembunyi?

Ini pasti jadi momentum yang seksi tuk meransang siapapun bakal viral dan terkenal karena mural itu. Akun media sosialnya bakal banjir trafik kunjungan dan follower baru. Ia akan jadi selebgram dan influencer yang banyak cuan, tawaran endorse bakal berdatangan.

Ingin rasanya aku akui karya mural itu. Akulah seniman pembuatnya. Tapi niat itu aku urungkan, bukan karena takut ditangkap polisi, tapi malu aja kelak dianggap pembuat berita bohong atau "ngeprank" pak polisi, kaya nenek Ratna tetanggaku.

Kenapa harus sembunyi?

Akui aja mural fenomenal itu karyamu. Tidak perlu takut ancaman penangkapan, tak perlu cemas prasangka yang dituduhkan.Toh, ancaman dan prasangka polisi itu masih bisa diperdebatkan. Tapi mural yang kau coretkan sebuah realita karya seni yang kau ciptakan.

Kenapa harus sembunyi?

Bukankah seniman "steet art" sepertimu sudah biasa berurusan dengan aparat, dikejar-kejar satpol PP dan ditangkap polisi, adalah  tradisi hari harimu. Jadi buat apa sembunyi?

Jangan-jangan Kalimat "404: Not Found " yang kau tuliskan merepresentasikan misteri dirimu yang memang tidak ingin ditemukan.

Atau, jangan- jangan dirimu bagian dari elit politik yang sedang bermain di jalanan, lempar batu sembunyi badan sambil merebut ruang kreasi seniman jalanan.

Jangan-jangan....Ahhh, sudahlah! Aku sangat yakin,  seniman tidak pernah sembunyi badan dan sembunyi tangan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Antrean Itu Cermin Buruknya Disiplin Petugas

Sudah empat jam aku duduk di kursiku menunggu nama anakku dipanggil. Ternyata, datang dan mendaftar  lebih awal tidak menjamin dipanggil duluan. Urutan antrean peserta vaksinasi tergantung selera petugas. Yang baru tiba  bisa    langsung dilayani,   dan yang  mendaftar  belakangan bisa dipanggil lebih awal. Peristiwa  tidak elok ini  bukan yang pertama bagiku, pasalnya pada kegiatan vaksinasi dosis kesatu di awal bulan Juli lalu, aku juga mengalaminya. Esoknya, giliran membawa anakku pun merasakan  perlakuan yang  serupa.  Lanjut divaksinasi dosis kedua di awal Agustus lalu, aku dan kemudian bersama anakku pun mengalami hal yang sama.  Tidak ada yang bisa kulakukan, kecuali hanya menarik nafas dan berusaha memakluminya. Hari ini, kala membawa anak keduaku  untuk vaksininasi dosis pertamanya, pun lagak petugasnya masih seiras, malah kali ini lebih culas. Peserta vaksinasi yang sebelumnya dibatasi hanya seratus orang, hari ini  tumplek blek sampai enam ratus peserta. Alih-alih  protokol

Jangan Sampai Lebih Takut Lihat Polisi Dibanding Penjahat

  Banyaknya penyimpangan yang dilakukan oleh oknum polisi dalam beberapa waktu terakhir ini seolah menegaskan buruknya citra lembaga penegak hukum tersebut. Peristiwa salah tangkap, pelanggaran SOP, brutalisme, kejahatan seksual ,pemeriksaan ponsel warga secara non-prosedural dan non-etis, penersangkaan korban, dan lainnyan sebagainya membuat masyarakat menjadi merinding dan takut berurusan dengan polisi. Sampai-sampai seorang kawan mengatakan jika ia  merasa lebih takut berhadapan dengan polisi daripada penjahat, karena polisi dapat melakukan kejahatan  dengan berlindung dibalik institusi,  hukum dan fasilitas negara.. ” Jangan sekali-sekali deh, buat kejahatan jika tidak mau berurusan dengan penjahat” sindirnya. Deretan Peristiwa seperti penembakan  oleh oknum Ipda OS anggota Polisi Lalu Lintas PJR Polda Metro Jaya dan  kasus aborsi oknum R yang menyebabkan seorang mahasiswa meninggal di  Purwekerto baru baru ini menambah cacatan buruk yang dilakukan  oknum angg

Bandara Tanjung Harapan Jogging Track Favorit

  Sejak  tahun 2000,aku mulai rutin pergi ke bendara  Tanjung Harapan,    saban sore  berkendara motor roda dua menuju bandara kecil yang berada di dekat Taman makam Pahlawan  Tanjung Selor itu. Namun, tujuanku ke bandara itu  bukan untuk berangkat   atau  mengambil paket kiriman yang datang, melainkan untuk olahraga jogging di  runaway  atau landasan pacu bandara. Yup, mungkin ketika itu akulah yang paling rajin jogging di bandara itu.Sampai-sampai beberapa teman memberi gelar ” penunggu bandara”. Kadang jam 2 siang, kala runaway bandara masih sepi,  dengan berbekal jaket parasut dan topi, aku sudah duluan  berlari menikmati panas dan  teriknya cuaca siang hari. Menurutku dan orang-orang ketika itu, runaway ini adalah  tempat yang paling nyaman dan ideal   di Tanjung Selor untuk melaukan aktivitas jogging. Selain treks nya yang lurus dan lebar, landasan ini tempat yang paling aman  untuk jogging, udaranya yang bersih, jauh dari polusi asap knalpot.  Berlari di sini kit